Pages - Menu

Saturday, November 29, 2008

KUALITAS PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA

KUALITAS PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA

Oleh : Satria Dharma



Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat

pertama di dunia? Kalau Anda tidak tahu, tidak mengapa karena memang

banyak yang tidak tahu bahwa peringkat pertama untuk kualitas pendidikan

adalah Finlandia. Kualitas pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki,

dimana perjanjian damai dengan GAM dirundingkan ini memang begitu luar

biasa sehingga membuat iri semua guru di seluruh dunia.



Peringkat I dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei

internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for

Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan

nama PISA mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga

Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi

juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental.

Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas.



Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia? Dalam

masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi

dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa

negara lainnya.



Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar,

memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir

siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah

pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu

pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu

hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah

Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam perminggu



Lalu apa dong kuncinya? Ternyata kuncinya memang terletak pada kualitas

gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru dengan kualitas

terbaik dengan pelatihan terbaik pula.. Profesi guru sendiri adalah

profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka

tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru

mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1 dari

7 pelamar yang bisa diterima, lebih ketat persaingainnya ketimbang masuk

ke fakultas bergengsi lainnya seperti fakultas hukum dan kedokteran!



Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan

kualitas seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi dengan kualitas

seadanya pula. Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan dan

pelatihan guru yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka

dapat menjadi guru-guru dengan kualitas yang tinggi pula.



Dengan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode kelas

apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan

buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa

ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi

kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan testing itulah

yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat

kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian, ungkap seorang guru di

Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur

dengan ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui

kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan

ke perguruan tinggi.



Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Ini

membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri,

kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Dan kalau

mereka bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih bebas.Guru tidak harus

selalu mengontrol mereka.



Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari

sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika

mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar

apa-apa kalau kita tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh guru. Disini

guru tidak mengajar dengan metode ceramah, Kata Tuomas Siltala, salah

seorang siswa sekolah menengah. Suasana sekolah sangat santai dan

fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan

dan belajar menjadi tidak menyenangkan, sambungnya.



Siswa yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang

membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di

Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan

yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD.



Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan

untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar

dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan

penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk

kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau

mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang

penting mereka berusaha.



Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka.

Menurut mereka, jika kita mengatakan "Kamu salah" pada siswa, maka hal

tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan

menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan

kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai

sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem

ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya

masing-masing.



Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir

siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan sistem

pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang

tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui

tanggung jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa,

kata seorang guru, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran

saya! Benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.



Diambil dari : "Top of the Class" - Fergus Bordewich

No comments: